Sifat-sifat Umum Pada Alat Ukur
—
Thursday, 17 December 2015
—
Add Comment
—
Education
BAB II
SIFAT UMUM ALAT UKUR
2.1. Sifat
Alat Ukur Dan Istilahnya
Karena
alat ukur dibuat oleh manusia, maka ciri utama alat ukur adalah ketidak sempurnaan.
Meskipun alat ukur direncanakan dan dibuat dengan cara yang paling seksama,
ketidak sempurnaan tidak bisa dihilangkan sama sekali dan hanya dalam
batas-batas tertentu mereka dianggap sebagai cukup baik untuk digunakan dalam
suatu proses pengukuran. Untuk menyatakan sifat-sifat alat ukur digunakan
beberapa istilah teknik. Beberapa istilah yang akan dibahas antara lain adalah kepekaan, kemudahan baca, histeriisis,
kapasifan, kestabilan nol dan pengembangan.
·
Kepekaan
(Sensitivity)
Kepekaan
adalah kemampuan alat ukur untuk merasakan suatu perbedaan yang relatif kecil
dari harga yang diukur.
Misalnya dua alat
ukur yang sejenis A dan B diguanakan untuk memeriksa perbedaan panjang yang
relatif kecil, apabila alat ukur A lebih jelas menunjukkan perbedaan tersebut
pada skalanya dari pada alat ukur B, maka dikatakan alat ukur A lebih peka
(sensitif) dari pada alat ukur B. kepekaan suatu alat ukur ditentukan oleh
mekanisme pengubahnya dan harganya dapat diketahui dengan cara membuat grafik
antara harga yang diukur dengan pembacaan skala
Dalam segala
hal dikehendaki suatu hubungan yang linear antara penunjukkan dan harga yang
diukur. Oleh karena itu skala pada alat ukur hanya dibuat sepanjang daerah yang
linear dan diluar itu mungkin hubungan tersebut tidak lagi (karena konstruksi
alat ukur tidak memungkinkan untuk mendapatkan daerah kerja yang sangat lebar).
Gambar 2.1. Kepekaan suatu Alat Ukur
·
Kepasifan
(Passivity)
Kepasifan
adalah situasi dimana perbedaan/ perubahan kecil yang dirasakan sensor tidak
mempengaruhi penunjukkan jarum penunjuk Jarum penunjuk tetap diam.
Kepasifan
yang tidak pada alat ukur mekanis disebabkan oleh pengaruh kelembaman, misalnya
pegas pada alat ukur tersebut tidak elastis sempurna. Kapasitas dapat pula
diartikan sebagai kelambatan alat ukur untuk bereaksi atas adanya perubahan yang dirasakan oleh
sensor. Kerugian seperti ini dapat dialami
oleh alat ukur pneumatis dengan sistem tekanan balik, yaitu apabila pipa
elastis yang menghubungkan sensor dengan ruang perantara terlalu panjang.
Karena volume udara (yang diukur tekanannya) terlalu besar, maka pengaruh
kompresibilitas dari udara menjadi terasa, akibatnya reaksi dari barometer
menjadi lambat.
·
Pergesaran
(Shifting, Drift)
Pergeseran
adalah kondisi dimana terjadi perubahan harga ditunjukkan jarum penunjuk,
tetapi sesungguhnya sensor tidak mengisyaratkan suatu perubahan. Keadaan ini sering
dialami oleh alat ukur dengan pengubah elektris, dimana suatu perubahan
temperatur (di dalam alat ukur tersebut) dapat mempengaruhi sifat-sifat dari
komponen elektroniknya yang sudah tua.
·
Kestabilan
Nol (Zero Stability)
Suatu alat
ukuar dikatakan memiliki kestabilan nol yang jelak bila jarum penunjuk alat
ukur tersebut tidak kembali ke posisi semula saat benda ukur dilepas (dimana
saat awal, yaitu sebelum mengukur, jarum setelah diset nol).
Keadaan
ini sangat erat hubungannya dengan histerisis, yang antara lain disebabkan oleh
keausanpd mekanisme penggerak jarum penunjuk
·
Kemudahan
Baca (Readability)
Kemudahan baca
adalah kemampuan sistem penunjukkan alat ukur untuk memberikan suatu angka yang
jelas dan berarti.
Kemudahan baca
suatu alat ukur dapat ditingkatkan dengan membuat skala nonius dan/ atau
membuat garis-garis skala yang tipis dengan jarak yang kecil serta jarum
penunjuk yang tipis. Tetapi pembuatan skala memungkinkan kesalahan baca, halini
yang menjadi alasan mengapa sistem penunjuk digital elektronis akhir-akhir ini
menggeser kedudukan sistem penunjuk skala dengan jarum atau garis indeks.
·
Histerisis
Histerisis
adalah penyimpangan yang timbul saat dilakukan pengukuran secara kontinyu dari
dua arah yang berlawanan yaitu mulai dari skala nol hingga skala maksimum
kemudian diulangi dari skala maksimum sampai skala nol.
Bila suatu
jarum ukur digunakan untuk mengukur ketinggian kontinyu bertambah dan pembacaan
diulang pada arah yang berlawanan (kontinyu menurun), kemudian kita gambarkan
kesalahannya. Yaitu penyimpangan penunjukkan jam ukur terhadap tinggi
sebenarnnya sebagai sumbu tegak dan harga sebenarnya sebagai sumbu datar, maka
kemungkinan akan diperoleh bentuk kurva pada pembacaan naik akan berimpit
dengan kurva pada pembacaan turun. Pada pengukuran ini terjadi histerisis yang
disebabkan karena sewaktu bergerak ke atas, poros akan melawan gaya
gesekan serta gaya pegas (dari jam ukur), sedang
sewaktu bergerak turun poro menerima gaya
pegas dan melawan gesekan.
Supaya
histerisis tidak terjadi, gesekan pada poros dengan bantalannya harus
diperkecil sehingga pengaruhnya dapat diabaikan. Pengaruh histerisis dapat
diperkecil bila pengukuran dilakukan sedemikian rupa sehingga hanya sebagian
kecil dari skala alat ukur yang digunakan. Inilah alasanya mengapa sewaktu
melakukan pengukuran dengan cara tak langsung tinggi dari alat ukur standar
(susunan blok ukur) kurang lebih harus dibuat sama dengan tinggi dari obyek
ukur. Sehingga selisis ketinggian yang ditunjukkan oleh komperator sedikit
(dalam beberapa mikron)
Gambar 2.2. Histerisis pada waktu megkalibarasi jam ukur
·
Pengembangan
(Floating)
Pengembangan
terjadi apabila jarum penunjuk selalu berubah posisinya (bergetar) atau angka
terakhir/paling kanan dari penunjuk digital berubah-ubah
Hal ini disebabkan
oleh adanya perubahan-perubahan yang kecil yang dirasakan sensor yang kemudian
diperbesar oleh bagian pengubah alat ukur. Semakin peka alat ukur, kemungkinan
terjadinya pengambangan sewaktu proses pengukuran berlangsung adalah besar.
Penunjuk
digital dimaksudkan untuk mempermudah pembacaan dan megnhindari kesalahan
pembacaan seperti yang sering terjadi pada pembacaan suatu harga melalui skala
dengan garis indeks atau jarum penunjuk. Dengan diperlengkapinnya suatu alat
ukur dengan penunjuk digital bukan berarti menaikkan kepekaan alat ukur
tersebut, sebab kepekaan alat ukur adalah tergantung atas konstruksi bagian
pengubahnya. Dari pembahasan di atas, maka dapat didefinisikan dua istilah yang
penting dalam pengukuran yaitu ketelitian dan ketapatan.
·
Ketelitian
(Accuracy)
Ketelitian
adalah kemampuan proses pengukur untuk menunjukkan harga yang sebenarnya. Harga
sebenarnya tidak pernah diketahui, yang dapat ditentukan hanyalah harga
pendekatan atau yang disebut dengan harga yang dianggap benar. Perbedaan antara
harga yang diukur dengan harga yang diukur dengan harga yang diangap benar
disebut kesalahan sistematis (systematic error). Semakin kecil kesalahannya,
maka proses pengukuran dikatakan semakin teliti.
·
Ketepatan
(Precision, Repeatability)
Ketepatan adalah
kemampuan proses pengukuran untuk menunjukkan hasil yang sama dari pengukuran
yang dilakukan berulang dan identik
Hasil
pengukuran selalu akan terpencar di sekitar harga rata-rata. Semakin dekat
harga-harga tersebut dengan harga rata-ratanya, maka proses pengukuran tersebut
dapat dikatakan mempunyai ketepatan yang tinggi. Ukuran yang dipakai untuk
menyatakan ketepatan adalah besarnya kesalahan rambang (random error).
2.2. Penyimpangan/ Kesalahan Proses Pengukuran
Pengukuran
adalah merupakan proses yang mencakup tiga bagian yaitu benda ukur, alat ukur
dan pengukur (orang). Karena ketidak sempurnaan dari masing-masing bagian ini
maka tidak satupun pengukuran yang memberikan ketelitian yang absolut.
Kesalahan akan selalu ada, yaitu perbedaan antara hasil pengukur dengan harga
yang dianggap benar. Setiap pengukuran mempunyai ketidak telitian (kesalahan)
yang berbeda, bergantung pada kondisi alat ukur, benda ukur, metode pengukuran dan kecakapan si pengukur. Apabila
suatu pengukur dilakukan secara berulang, maka hasil dari setiap pengukuran
tersebut tidak selalu tepat sama. Hasil pengukuran tersebut akan terpencar di
sekitar harga rata-ratannya.
·
Penyimpangan
yang Bersumber Dari Alat Ukur
Untuk
menghindari kesalahan yang bersumber dari alat ukur, maka alat ukur yang akan
digunakan harus dikalibrasi. Di samping kesalahan yang diakibatkan oleh keausan
bidang kontak (sensor) yang menyebabkan terjadinya kesalahan sistematik, maka
kesalahan lain yang mungkin terjadi adalah histeris, kepasifan, pergeseran dan
kestabilan nol. Sedangkan kesalahan rambang dapat diketahui dengan melakukan
pengukuran yang berulang dan identik (paling sedikit 20 kali)
·
Penyimpangan
yang Bersumber Dari Benda Ukur
Tekanan kontak
dari sensor alat ukur atau berat benda ukur sendiri akan mengakibatkan beban
yang pada akhirnya menyebabkan benda ukur yang elasitis akan terdeformasi
(berubah bentukny). Adanya deformasi ini yang mengakibatkan kesalahan pembacaan
sensor alat ukur yang mempengaruhi hasil pengukuran secara langsung.
Suatu pengukuran
dengan menggunakan alat ukur sensor mekanis akan memberikan suatu tekanana
tertentu pada permukaan obyek ukur. Beberapa alat ukur misalnya mikrometer
dapat menyebabkan suatu deformasi pada permukaan obyek ukur yang relatif luank
(aluminium) ataupun lenturan pada diameter silinder dengan dinding yang relatif
tipis. Oleh karena itu pada mikrometer selalu diperlengkapi suatu alat yang
disebut dengan pembatas momen putar yang berfungsi untuk menjaga tekanan
pengukuran sekecil mungkin dan konstan. Jika kondisi benda ukur ini sedemikian
kritisnya, maka gunakan alat ukur dengan sensor optis ataupun pneumatis.
·
Penyimpangan
Yang Bersumber Dari Pengukur
Dua orang yang
melakukan pengukuran secara bergantian dengan menggunakan alat ukur dan benda
ukur kondisi lingkungan yang dianggap sama (tak berubah) akan menghasilkan data
yang berbeda. Sumber dari perbedaan ini dapat berasal dari cara mengukur,
pengalaman data yang berbeda. Sumber dari perbedaan ini dapat berasal dari cara
mengukur, pengalaman dan keahlian serta kemampuan masing-masing pengukur.
Mengukur adalah suatu pekerjaan yang memerlukan kecermatan, dengan demikian
orang yang melakukan pengukuran harus:
·
Memiliki pengalaman praktek yang didasari
penguasaan pengetahuan tentang pengukuran
·
Mengetahui sumber-sumber penyimpangan yang
mungkin terjadi dan tahu bagaimana cara mengeliminir (mengurangi pengaruhnya
sampai sekecil mungkin) sehingga pengaruhnya terhadap hasil pengukuran dapat diabaikan.
·
Memiliki dasar-dasar pengetahuan alat ukur, cara
kerja alat ukur, cara pengukuran, cara mengkalibrasi dan memelihara alat ukur.
·
Sadar bahwa hasil pengukur adalah sepenuhnya
merupakan tanggung jawab.
·
Penyimpangan
yang Bersumber Dari Posisi Pengukuran
Prinsip ABBE menyatakan bahwa
garis pengukur harus berimpit dengan garis dimensi. Kesalahan posisi pengukur
dapat mengakibatkan garis pengukuran membentuk sudut sebesar q
dengan garis dimensi sehingga terjadi kesalahan yang disebut dengan kesalahan kosinus (cosine error).
Penggunaan mikrometer dengan posisi pengukuran yang salah dapat mengakibatkan
kombinasi kesalahan kosinus dan kesalahan sinus (sine error).
Gambar 2.3. Kesalahan Kosinus dan Sinus
0 Response to "Sifat-sifat Umum Pada Alat Ukur"